Minggu, 12 April 2015

Hakikat Dimensi Manusia

TUGAS LANDASAN PENDIDIKAN
HAKIKAT DIMENSI MANUSIA




OLEH :

NAMA        :         NUR PITRI RAHMA
NIM            :         1405119866



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
T.A 2014/2015



HAKIKAT DIMENSI MANUSIA
A.    PENGERTIAN MANUSIA
Manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu mengusai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok(genius), atau seorang individu.
B.    PENGERTIAN INDIVIDU
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. 
  • Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.
  • Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
  • Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
  • Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat
C.   PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kesatuan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
D.   PENGERTIAN PENDIDIKAN
1.    Menurut Bahasa
Dari Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata ”pedagogi” yaitu  kata ”paid”  yang artinya anak dan ”agogos” yang artinya membimbing,  sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ”ilmu dan seni membimbing anak.
2.    Menurut Para Ahli
a.    M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
b.    Prof. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
c.    Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
d.    Prof. Herman H. Horn
Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
e.    John Stuart Mill
Pendidikan adalah meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan. 
f.     Edgar Dalle
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

g.    Ibnu Muqaffa 

Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.
h.    Plato
Pendidikan adalah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
i.      Prof. Richey
Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
j.      Carter V. Good
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

k.    Godfrey Thomson

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan perasaannya.

l.      Thedore Brameld

Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam itu.

3.    Menurut UU No.20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
E.    PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN

1.    Bahwa belajar merupakan perintah utama dari agama Islam, tercermin pada ayat yang pertama kali turun surat al ‘Alaq 1-4.
2.    Bahwa ilmu dan orang berilmu sangat dihargai dalam Islam. Apresiasi Islam terhadap ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran tetapi juga terbukti dalam sejarah, terutama sejarah klasik Islam. Dalam al Qur’an disebutkan bahwa orang mu’min yang berilmu dilebihkan derajatnya (Q/58:11).
3.    Memilih ilmu dibanding harta adalah merupakan keputusan yang tepat dan menguntungkan, baik secara moril maupun materiil. Ketika Nabi Sulaiman ditawari Allah SWT untuk memilih ilmu, harta atau kekuasaan, Sulaiman memilih ilmu, dan dengan ilmu maka ia kemudian memperoleh harta dan kekuasaan. Ali bin Abi Talib pernah berkata bahwa ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya. Harta jika diberikan kepada orang lain maka harta itu dapat berkurang, tetapi ilmu semakin sering diberikan kepada orang justeru semakin bertambah.

4.    Perjuangan di jalan ilmu (sebagai murid, guru atau fasilitator) akan memudahkan jalan menuju kebahagiaan surgawi. Sesuai dengan Hadist Nabi yang artinya :Barangsiapa memilih jalur ilmu maka Allah akan memudahkan jalan
baginya ke surga. (H.R.Turmuzi)
.

5.    Pertanggungjawaban ilmu adalah pada seberapa jauh mengamalkannya karena kelak di akhirat, manusia tidak bisa berkutik sebelum mempertangung jawabkan empat hal yakni :
a. 
tentang umurnya, untuk berbuat apa saja,
b.  tentang masa mudanyya untuk mempersiapkan apa saja,
c.  tentang ilmunya, seberapa jauh ia mengamalkannya, dan
d.  tentang harta, darimana ia memperoleh dan untuk apa harta itu digunakan.

6.    Orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya, secara moral dosanya lebih besar dibanding orang kafir (yang memang tidak memiliki ilmu). Hadist nabi yang artinya: Orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya, akan disiksa lebih dahulu
(di akhirat) sebelum   siksaan bagi penyembah berhala (Zubad).

7.    Pendidikan harus diorientasikan ke masa depan, untuk menyongsong dan mengantisipasi perkembangan mendatang. Hadist Nabi yang artinya: Didiklah anak-anakmu berenang dan memanah, sesungguhnya anak-anakmu itu  akan hidup pada zaman yang bukan zamanmu. (Ali bin Abi Talib).

8.    Sesuai dengan kapasitas masing-masing, setiap orang diberi peluang yang pas
untuk berkecimpung dalam bidang ilmu: Hadist Nabi yang artinya: Jadilah kamu

(1)orang pandai (dan mengajar), jika tidak bisa maka jadilah
(2) murid, jika tidak  maka jadilah
(3)pendengar yang baik, jika mendengarpun tidak sempat, jadilah
(4) orang yang mencintai ilmu, dan sekali-kali jangan menjadi orang yang ke lima (tidak pintar, tidak mau belajar, tidak mau mendengar dan tidak suka ilmu).

9.    Jika mau menekuni suatu ilmu, pilihlah ilmu yang berguna, yang relevan
dengan kemaslahatan hidup, jangan asal ilmu, Rasul pernah berdoa.
artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu’, dan dari nafsu yang tidak mau kenyang serta dari doa yang tak dikabulkan.
(H.R. Ahmad dalam Musnadnya).

10.  Ilmu merupakan investasi jangka panjang. Hadist Nabi yang artinya : Jika manusia mati maka putuslah produktifitas mereka, kecuali tiga hal:

(1) amal jariah,
(2) ilmu yang diambil manfaatnya oleh orang lain, dan
(3) anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. (H.R. Bukhari)

11.  Sumber ilmu ada dua, yaitu dari Allah SWT, melalui wahyu, ilham dan
intuisi, dan ilmu yang diproduk oleh akal manusia.

12.  Betapapun pandainya seseorang, ia tidak boleh menyombongkan diri, karena
pasti ada orang lain yang melebihinya, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

13.  Menurut Imam Gazali ada tiga kategori ulama, yaitu  hujjah, hajjaj dan
mahjuj.
Ulama dalam kapasitas hujjah adalah orang yang alim, wara’, zuhud dan
mengutamakan agama dibanding yang lain. Hajjaj lebih dari itu, mampu membela agama dari serangan luar, dan mahjuj adalah ulama yang ‘alim tetapi sifatnya tidak mulia karena ia lebih menyukai kehidupan dunia dibanding kemuliaan ukhrawi.

14.  Dari tiga lingkaran pendidikan, rumah tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat, pendidikan dalam rumah merupakan pondasi utama, meskipun sekolah dan lingkungan masyarakat juga besar pengaruhnya. Oleh karena itu contoh dan teladan orang tua kepada anak-anaknya di rumah besar sekali andilnya dalam pembentukan generasi.

15.  Ilmu boleh dipelajari dari sumber manapun yang tepat sesuai dengan bidangnya. Tidak mengapa seorang muslim belajar matematik kepada orang Kristen, belajar teknologi kepada orang Yahudi, belajar berburu kepada orang primitif.

16.  Pergi merantau dalam rangka mencari ilmu dipandang sangat positif dalam
pengembangan diri  dan wawasan. Seperti Hadist Nabi yang artinya: Tuntutlah ilmu, meski sampai jauh ke neegri Cina.

Imam Syafi’i berkata “Merantaulah, engkau pasti akan menemukan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan. Bersusah payahlah, karena sesungguhnyya  nikmatnya hidup itu justru terasa dalam   kesulitan”.

17.  Jalan hidup yang benar akan membantu keberkahan ilmu, sementara jalan hidup yang salah akan menghilangkan nilai keberkahan ilmu. Imam Syafi’I berkata “Aku pernah mengeluh kepada kyai Waki’ tentang kesulitan belajar, maka guruku menganjurkan  agar aku menjauhi perbuatan maksiat.  Dia juga mengajarkan kepadaku bahwa cahaya ilahiyyah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat”.
18.  Bahwa kewajiban belajar itu tidak dibatasi oleh umur, oleh karena itu hidup berumah tangga tidak menghalangi keharusan menuntut ilmu, atau nikah dan belajar dapat sejalan, tidak harus dipertentangkan. Prinsip pendidikan dalam Islam adalah pendidikan seumur hidup, long life education.



HAKIKAT DIMENSI MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

A.    Sifat Hakikat Manusia

          Pengertian hakikat manusia adalah makhluk yang dapat mengggerakan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab batas tingkah laku intelektual dan social, dan juga individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di lingkungan social. Pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bersifat luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

1.    Pengertian Sifat Hakikat Manusia

          Sifat hakikat mausia memiliki ciri-ciri atau karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Dan secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang di miliki manusia dibanding dengan makhluk lain.

           Manusia sebagai salah satu makhluk yang memiliki karakter paling unik. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah kemampuannya melahirkan kebudayaan.

2.    Wujud Sifat Hakikat Manusia

          Wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan.

a.    Kemampuan Menyadari Diri

        Kunci perbedaan manusia dengan hewan adalah pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik yang berupa pribadi maupun nonpribadi/benda.

       Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya mempunyai dua arah, yaitu arah ke luar dan ke dalam. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah kedalam, isinya adalah pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dan sebagainya. Di dalam proses pendidikan, pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.

“meng-Aku”, yaitu kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku, dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang ke arah kesempurnaan diri.

b.    Kemampuan Bereksistensi

     Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia yang dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. manusia memilki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Adanya kemampuan bereksistensi ini pulalah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku makhluk infra human.

c.    Pemilikan Kata Hati ( Conscience of Man)

     Kata hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatannya sebagai manusia. Kata hati merupakan “petunjuk bagi moral/perbuatan”. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati (gewetan forming). Dapat dilatih dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Bertujuan agar orang memiliki keneranian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

d.    Moral

      Moral disebut juga etika, yaitu sikap atau perbuatan kita. Dan ada kaitannya dengan kata hati, jika moral menunjukan pada perbuatan yang baik atau salah maka moral hanya berhubungan dengan sopan santun. Ada jarak antara kata hati dengan moral. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Kemauan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

e.    Kemampuan Bertanggung Jawab

    Tangggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apa pun yang dituntutkan, diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

f.     Rasa Kebebasan (kemerdekaan)

    Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.

g.    Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak

    Semua orang pasti punya hak dan kewajiban. Tapi tidak semua orang mengerti mana hak mereka dan mana kewajiban mereka. Yang diperlukan disini adalah kesadaran dalam menggunakan hak dan berusahalah untuk melakukan suatu kewajiban dan perlu di ingat hak dan kewajiban harus di jalankan secara seimbang. Jika berat sebelah maka anda belum tergolong orang sukses.

       Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Hak adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahuinya. Dan meskipun sudah diketahui belum tentu orang mau mempergunakannya.

      Melaksanakan kewajiban berarti terikat kepada kewajiban. Melaksanakan kewajiban berarti meluruhkan diri sebagai manusia. Wajib bukanlah ikatan, melainkan suatu keniscayaan. Karena wajib adalah keniscayaan, maka terhadap apa yang diwajibkan manusia menjadi tidak merdeka.

h.    Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

          Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada perasaan senang yang sifatnya lebih temporer. Proses integrasi dari yang menyenangkan maupun yang pahit menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.

        Kebahagiaan lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan. Aspek rasa lebih berperan daripada aspek nalar. Oleh karena itu dikatakan bahwa kebahagiaan itu sifatnya irasional. Kebahagiaan tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun pada rangkain prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam rangkain atau ikatan tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, dan takdir.
Kebahagiaan dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu : kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

B.    Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya

1.    Dimensi Keindividualan

     Individu diartikan sebagai pribadi. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi. Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya).

       Fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratus dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

2.    Dimensi Kesosialan

      Pada hakikatnya setiap orang dapat saling berkomounikasi. Di dalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

3.    Dimensi Kesusilaan

      Arti susila adalah kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (kepantasan dan kesopanan) dan etika (kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nili-nili. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil Keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila.

4.    Dimensi keberagamaan

        Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.

C.   Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

      Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Pada dasarnya pendidikan itu baik tetapi dalam pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi kesalahan yang lazim yang disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik adalah manusia biasa yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan.

1.    Pengembangan yang Utuh

       Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantar subjek didik menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat.
Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari segi wujud dimensi dan arahnya. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, keusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.

       Pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia).


2.    Pengembangan yang Tidak Utuh

       Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk di tangani. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis (tidak sehat alias sakit).

D.   Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

       Pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Dan juga dapat diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesame manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar